Kamis, 27 Oktober 2011

Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Variasi Iklim di Permukaan Bumi

Definisi Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi(Wikipedia,2011).

Dalam pengertian lain Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Iklim dapat terbentuk karena adanya:
a. Rotasi dan revolusi bumi sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari dan tahunan
b. Perbedaan lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi.

Iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003)

Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.

Iklim memiliki variasi di permukaan bumi diantaranya karena kedudukan bumi terhadap matahari, yaitu adanya proses revolusi dan rotasi serta lokasi-lokasi yang terbagi menjadi lintang tempat yang berbeda. Selain itu karena jarak bumi terhadap matahari, distribusi daratan dan lautan, serta ketinggian tempat.


Pembagian Iklim Berdasarkan Kontur Wilayahnya

Menurut keadaan atau fakta sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi, angin, dan curah hujan.

Iklim fisis dapat dibedakan menjadi iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim gunung/pegunungan dan iklim musim (muson).

1. Iklim laut (Maritim)
Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim di kedua daerah tersebut sangat berbeda.
Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai berikut:
a) Suhu rata-rata tahunan rendah;
b) Amplitudo suhu harian rendah/kecil;
c) Banyak awan, dan
d) Sering hujan lebat disertai badai.
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil;
b) Banyak awan;
c) Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
d) Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba

2. Iklim Darat (Kontinen)
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang.
Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 400, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan
b) Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu tahunan besar;
b) Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah; dan
c) Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.

3. Iklim Dataran Tinggi
Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu harian dan tahunan besar;
b) Udara kering,
c) Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah; dan
d) Jarang turun hujan.

4. Iklim Gunung
Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
a) Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi;
b) Terdapat di daerah sedang;
c) Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil;
d) Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan;
e) Kadang banyak turun salju.

5. Iklim Musim (Muson)
Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a) Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan menimbulkan hujan;
b) Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan menimbulkan musim kemarau.


Keterkaitan antara Iklim dengan Ketinggian Tempat

Menurut Lakitan (2002), variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat (altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6oC setiap 100 meter kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul.

Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Keadaan suhu yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia
berdasarkan ketinggian tempat.

Indikator Dataran tinggi Dataran rendah :
- Suhu rendah tinggi
- Tekanan udara rendah tinggi
- Kelembaban tinggi rendah

Iklim ditentukan oleh faktor letak geografis, intensitas cahaya matahari, ketinggian tempat dan letak lintang, serta aliran massa udara. Unsur-unsur iklim terdiri dari suhu, curah hujan, angin, dan kelembapan.

1) Suhu
Suhu mempunyai arti yang penting karena suhu menentukan kecepatan reaksi-reaksi dan kegiatan kimia dalam kehidupan. Perubahan suhu udara pada satu tempat dengan tempat lainnya bergantung pada ketinggian tempat dan letak lintang. Perbedaan suhu karena perbedaan ketinggian jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan suhu karena perbedaan letak lintang. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu udara semakin rendah. Setiap ketinggian 100 m, suhu berubah sekitar 0,5°C–1°C. Tumbuhan dan hewan sangat bergantung pada suhu. Tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan adaptasi terhadap keadaan suhu. Ada tumbuhan dan hewan yang menyukai habitat yang panas dan ada tumbuhan dan hewan yang menyukai habitat yang dingin.

2) Curah Hujan
Air sangat diperlukan oleh tumbuhan dan hewan untuk proses perkembangan dan metabolisme. Ketersediaan air di permukaan bumi menentukan jenis vegetasi. Semakin sedikit air, maka akan semakin banyak tumbuhan berjenis xeromorf (tumbuhan dengan sifat menghambat air), sedangkan untuk daerah yang mempunyai kecukupan air akan memiliki tumbuhan berjenis mesofita (tumbuhan yang membutuhkan kecukupan air). Air yang ada di permukaan bumi berasal dari hujan. Sebaran curah hujan di setiap tempat berbeda-beda. Hujan sepanjang tahun hanya terdapat di beberapa bagian tempat tropis. Semakin jauh dari khatulistiwa, maka curah hujan semakin berkurang.

3) Angin
Angin mempunyai pengaruh langsung terhadap vegetasi, terutama dalam menumbangkan pohon-pohon atau dengan mematahkan dahan-dahan atau bagian lainnya. Angin mempunyai pengaruh yang sama terhadap tanah, biasanya bersifat mengeringkan, atau membawa udara yang lebih basah yang menurunkan transpirasi dan evaporasi, dan menyebabkan turunnya hujan. Udara mempercepat tumbuhan kehilangan air dengan membawa udara yang belum jenuh dengan air sehingga bersentuhan dengan daun-daun dan tunas-tunas yang masihmuda. Secara mekanik angin juga dapat menyebabkan terjadinya erosi tanah dan abrasi vegetasi melalui partikel-partikel yang dibawanya. Dan dari segi fisiologi, dapat mengurangi kecepatan pertumbuhan dengan mengganti udara yang basah dengan udara yang kering, dan akibatnya meningkatkan transpirasi.

4) Kelembapan
Kelembapan udara berbeda-beda karena temperatur di permukaan bumi berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian, dan waktu (pagi, siang, dan malam). Semakin ke utara atau ke selatan khatulistiwa, kelembapan udara semakin menurun. Kelembapan merupakan faktor dari curah hujan dan suhu yang menentukan ada atau tidaknya beberapa tumbuhan dan hewan dalam habitat tertentu. Perbedaan unsur-unsur iklim yang telah diterangkan di atas menyebabkan adanya keanekaragaman bioma. Berikut ini biomabioma yang ada di permukaan bumi.

Ketinggian Tempat Permukaan bumi merupakan permukaan yang sangat kasar. Sebagai buktinya ada daerah yang landai dan tinggi/curam. Berdasarkan variasi kekasaran, permukaan daratan digolongkan menjadi tiga:
- Dataran tinggi > 700 m dpl
- Dataran menengah 400 – 700 m dpl
- Dataran rendah < 400 m dpl

Contoh Spesies Karang Hermatifik (Part 1)

Fungia horrida


Taksonomi:
Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Radiata
Infrakingdom: Coelenterata
Phylum: Cnidaria
Subphylum: Anthozoa
Class: Anthozoa
Subclass: Zoantharia
Order: Scleractinia
Suborder: Fungiina
Family: Fungiidae
Genus: Fungia
Specific name: horrida
Scientific name: Fungia horrida (Dana, 1846)
(Zipcodezoo, 2011)




Distribusi : Tersebar di seluruh perairan Indonesia dan sangat umum dijumpai. Tumbuh pada kedalaman 15-25 meter. Pada daerah tropis 30°N - 27°S, 32°E – 137°W.
Karakter : Hidup bebas, secara umum penampilan jenis karang ini terlihat kasar. Koralum relatif tebal dan agak cembung. Septa tidak terlalu rapat dengan gigi kasar dan bentuk dan arahnya tidak beraturan.
Warna : Coklat tidak rata terlihat belang-belang kadang-kadang abu-abu.
Sinonim : Fungia danai. yang mempunyai gigi lebih halus.
(Coremap, 2011)
Penyebaran : Western Central Pacific.
(Cmilitante, 2010)
Gigi septum tidak teratur dan cukup besar, dan di bagian bawah, duri yang memanjang pada setiap costae keempat atau kedelapan. Ini subgenus dari Fungia umumnya memiliki gigi kasar pada septa, meskipun dalam spesies ini ini mungkin tidak begitu terasa. Biasanya ada beberapa lobus pada permukaan atas. Spesies ini sangat mirip dengan Fungia corona meskipun yang terakhir mungkin memiliki garis yang lebih teratur.
Karang adalah lingkaran, sampai dengan 200 mm diameter, dengan lengkungan pusat yang kuat. Septa memiliki gigi tidak teratur besar. Costae sangat tidak adil, dengan duri panjang. Tidak ada lubang antara costae tersebut.
(Worms, 2010)


Platygyra pini


Domain: Eukaryota
Kingdom: Animalia
Subkingdom: Radiata
Infrakingdom: Coelenterata
Phylum: Cnidaria
Subphylum: Anthozoa
Class: Anthozoa
Subclass: Zoantharia
Order: Scleractinia
Suborder: Faviina
Family: Faviidae
Genus: Platygyra
Scientific name: Platygyra pini (Chevalier, 1975)
(Zipcodezoo, 2011)
Distribusi : Tersebar di seluruh perairan Indonesia. Biasanya dijumpai di dekat tubir.
Karakter : Koloni massive kadang encrusting, koralit subcereoid hingga submeandroid dengan dinding relatif tebal. Septa tipis kolumella kecil di tengah.
Warna : Warna hijau, coklat muda kadang kuning tua.
Sinonim : Hati-hati kadang-kadang keliru dengan Goniastrea. Platygyra tidak mempunyai pali.
(Coremap, 2011)


Distribusi: Ditemukan di seluruh Australia., di Indo-Pasifik Barat, Laut Merah ke Madagaskar, Mesir ke Indonesia, Jepang ke Kaledonia Baru dan Australia, Mozambik, Somalia ke Fiji, Kepulauan Ryukyu ke Australia dan Indonesia, Filipina, Sri Lanka ke Papua Nugini.

Beberapa nama umum karang ini tahu adalah Karang Otak, Karang Otak Tertutup, Coral Ridge, Karang Worm, Karang Maze, Otak Worm Platygyra Karang, Karang Otak Maze, dan Coral Hijau Maze.

Habitat: Ditemukan di terumbu karang kembali, terumbu karang, dan daerah terpencil, pada kedalaman 10-131 kaki (3 - 40 m).

Koloni Platygyra bentuk besar yang datar atau berbentuk kubah. Dinding corallite memutar dan mengubah seluruh dinding karang dan berbagi. Mereka tidak memiliki lobus menonjol bulat yang berasal dari septa seperti genus Goniastrea. Mereka juga memiliki gigi yang kasar dan dinding septum corallite. Dinding corallite juga lebih berat dengan lembah yang memutar kurang dan lebih luas dari karang Leptoria. Biasanya, dinding yang berwarna cokelat atau abu-abu gelap dengan abu-abu atau hijau lembah meskipun ada variasi yang luas dari warna. Termasuk warna hijau, putih, krem, merah muda, abu-abu, dan cokelat, dan dapat memiliki warna terang atau membosankan.

P. Pini memiliki tampilan mirip dengan P. sinensis kecuali dinding corallite yang fleshier dan bulat. Lembah juga lebih kecil dan bentuk bulat tidak teratur atau bentuk oval, namun dapat lebih lama dan berbaring dengan satu atau lebih mulut di tengah polip masing-masing. Warna-warna yang abu-abu atau kuning ke coklat dengan pusat-pusat hijau atau krim.

Suplemen air berikut disarankan untuk spesies Platygyra:
* Kalsium: 400-430 ppm. Jika poli besar berbatu (LPS) karang tidak memiliki kalsium yang cukup, itu tidak akan tumbuh. (Seachem membuat aditif kalsium yang menyatakan 385 sebagai cukup)
* Alkalinitas: 3,5 mEq / L (8 sampai 11 dKh, 10 direkomendasikan)
* Fosfat: 0, nol. Fosfat adalah yang terburuk dari semua dan semua karang membenci mereka.
* Magnesium: 1200-1350. Magnesium membuat kalsium yang tersedia, jadi jika Anda rendah kalsium, magnesium memeriksa tingkat Anda sebelum menambahkan kalsium lagi.
* Stronsium: 8 - 10
(Brough, 2011)


Referensi:
Brough, Clarice. 2011. Maze Brain Coral. http://animal-world.com/Aquarium-Coral-Reefs/Maze-Brain-Coral#Scientific%20name. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB
Cmilitante. 2010. Fungia Horrida. http://www.sealifebase.org/Summary/speciesSummary.php?id=45842&lang=bahasa. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB
Coremap. 2011. Fungia Horrida. http://www.coremap.or.id/datin/coral_species/index.php?keyid=101&act=detail. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB
Coremap. 2011. Platygira pini. http://www.coremap.or.id/datin/coral_species/index.php?keyid=107&act=detail. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB
Worms. 2010. Fungia Horrida. http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=207355. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB
Zipcodezoo. 2011. Fungia Horrida. http://zipcodezoo.com/Animals/F/Fungia_horrida/. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB
Zipcodezoo. 2011. Platygyra pini. http://zipcodezoo.com/Animals/P/Platygyra_pini/. Diakses pada 8 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB

Tsunami

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut.

Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik". Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.

Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.

Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.

Skema terjadinya tsunami:
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Gempa yang menyebabkan tsunami
• Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
• Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
• Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

(Wikipedia, 2011)


Menurut Ryan (2011), proses terjadinya tsunami memiliki 3 cara:
A. Gempabumi
Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempabumi tektonik yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1.Sumber gempabumi berada di laut
2 Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3 Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4 Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area patahan yang terjadi.
Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi, letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga, penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut. Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami

Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.

B.Land Slide (Tanah Longsor)
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan terjadi di dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempabumi.

C. Gunung Berapi
Gunung berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat menimbulkan tsunami. Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar, tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api yang berada ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia , yang paling terkenal adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa maupun harta benda. Dampak dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain.

Tanah longsor di dalam laut dalam , kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar; seperti halnya bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.Gelombang terbentuk akibat perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah kolam akan terbentuk gelombang melingkar.
Sekitar era tahun 1950 an ditemukan tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya. Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar, sebagai energi dari material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke air sehingga terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama dengan tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m. Bagaimanapun juga , suatu tanah longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada samudera.

Berdasarkan peta bencana 2010-2014 yang disusun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan instansi terkait, terdapat 150 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia yang berpotensi diterjang tsunami. Meliputi kota dan kabupaten tersebut terebar di sepanjang pantai barat Sumatera, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung sampai ke wilayah selatan Jawa seperti Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Tsunami juga berpotensi terjadi di kepulauan Halmahera, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian utara karena daerah-daerah tersebut merupakan tempat pertemuan antara lempeng tektonik IndoAustralia dan Eurasia. Sedangkan di sekitar Papua, pertemuan antara lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik (Fatimah, 2010).


Contoh Kejadian Tsunami di Jepang:
Tsunami ini dipicu oleh gempa dahsyat berkekuatan 8,9 SR yang menghantam timur laut Jepang, Jumat siang. Asap hitam juga membubung dari kawasan industri di daerah Yokohama Isogo. Tayangan televisi menunjukkan bahwa perahu, mobil, dan truk hanyut disapu tsunami. Sebuah jembatan, lokasinya tidak diketahui, tampak runtuh ke dalam air.

Badan Survei Geologi AS (USGS) sebelumnya menyatakan bahwa gempa tersebut berkekuatan 7,9 SR dan berpusat di kedalaman 24,3 km sekitar 130 km di sebelah timur Sendai di pulau utama Honshu. Namun, USGS kemudian menyatakan bahwa gempa berkekuatan 8,9 SR.

Tsunami yang melanda Jepang diperkirakan akan menjalar ke wilayah sekitarnya termasuk Indonesia, khususnya Papua. Pacific Tsunami Warning Center yang bermarkas di Hawaii memprediksi tsunami akan tiba di Jayapura, Papua, pukul 18.35 Waktu Indonesia Barat atau pukul 20.35 Waktu Indonesia Timur.

Berikut rincian sejumlah lokasi di Indonesia yang diperkirakan terkena tsunami:
- Berebere, Maluku Utara, pukul 17.58 WIB
- Manokwari, Papua Barat, pukul 18.18
- Jayapura, Papua, pukul 18.35
- Sorong, Papua, pukul 18.35

Selain Indonesia, tsunami yang ditimbulkan gempa 8,8 di utara Jepang pada pukul 12.46 WIB ini juga diperkirakan berdampak ke Rusia, Amerika Serikat, Taiwan, Guam, Filipina, Nauru, dan Kepulauan Solomon.

Tsunami yang akan tiba di negara-negara selain Jepang ini tidak sebesar yang terjadi di Jepang, yang menurut laporan AlJazeera mencapai 6 meter.
(Vivanews, 2011)

Menurut Rovicky (2011), Sebuah pusaran air raksasa terbentuk di perairan sebelah timur Jepang setelah terjadinya tsunami. Pusaran air raksasa ini terlihat telah mengombang-ambingkan kapal yang berada didalamnya. Tembok tsunami ketika mengalir akan mengikuti pola dari rupture atau pola dari oatahan yang terpatahan. Retakan atau rekahan ini menyebabkan air tersembul keatas, dan membuat tembok air tsunami. Menurut perkiraan visual dari ketinggian dari tembok air ini mencapai 30 meter. Dan hingga lebih dari 10 meter ketika mencapai daratan, sampai menyapu segalanya yang dilewati. Termasuk rumah, bangunan, kendaraan, dan tentusaja manusia yang tidak sempat mengevakuasi. Ketika mencapai pantai terjadi perubahan bentuk dari tembok air ini karena morfologi dasar air dan morfologi garis pantai. Ketika mendekati pantai kecepatan air yang tidak terganggu akan terus melaju, tetapi yang terganggu garis pantai akan berbelok. Belokan inilah yang akhirnya menyebabkan terbentuknya pusaran air. Bentuk garis pantai timur Jepang yang dapat mempengaruhi bentuk tembok air dan membuat pusaran air.


Sumber:
Fatimah, 2010. 150 Daerah di Indonesia Rawan Tsunami. http://okezone.com/news/nasional. Diakses pada Sabtu, 26 Maret 2011 pukul 09.00
Rovicky, 2011. Pusaran Raksasa Akibat Tsunami Jepang 2011. http:rovicky.wordpress.com/2011/03/12/html. Diakses pada Sabtu, 26 Maret 2011 pukul 09.00
Ryan, 2011. Proses Terjadinya Tsunami. http://dhableg.blogspot.com/search/label/proses-terjadinya-tsunami. Diakses pada Sabtu, 26 Maret 2011 pukul 09.00
Vivanews, 2011. Tsunami Jepang Berpotensi Menjalar ke Wilayah Indonesia. http://fianzoner.blogspot.com/2011/03/html. Diakses pada Sabtu, 26 Maret 2011 pukul 09.00
Wikipedia, 2011. Tsunami. http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami. Diakses pada Sabtu, 26 Maret 2011 pukul 09.00

Rabu, 12 Oktober 2011

Sebaran Geografis Suhu Permukaan dan Kadar Garam

Distribusi suhu di permukaan laut terbentang di zona ini. Ini merupakan peristiwa panjang.

Gambar 1. Rata-rata suhu permukaan laut dihitung dari teknik interpolasi yang optimal (Reynolds dan Smith, 1995) menggunakan laporan kapal dan pengukuran suhu AVHRR. Contour interval 1 ◦ C dengan kontur yang berat setiap 5 ◦ C. Daerah yang diarsir melebihi 29 ◦ C.

Air paling hangat terdapat di dekat garis katulistiwa, sementara air paling dingin di daerah kutub. Penyimpangan dari daerah kecil. Equatorward dari 40º, perairan dingin cenderung berada di sisi timur cekungan. Di utara lintang ini, air dingin cenderung berada di sisi barat. Anomali-anomali suhu permukaan laut, penyimpangan dari jangka panjang rata-rata, kecil, kurang dari 1,5ºC (Harrison dan Larkin, 1998) kecuali dalam ekuatorial Pasifik ekuatorial dimana penyimpangan bisa menjadi 3ºC (gambar 2 atas).
Kisaran tahunan suhu permukaan tertinggi pada pertengahan garis-garis lintang, terutama di sisi barat laut (gambar 2 bawah).

Gambar 2 Top: Laut-permukaan suhu anomali untuk Januari 1996 relatif berarti temperatur ditunjukkan pada Gambar 1 menggunakan data yang diterbitkan oleh Reynolds dan Smith (1995) dalam Diagnostik Iklim Buletin untuk Februari 1995. Interval kontur adalah 1 ◦ C. berbayang daerah adalah positif. Bawah: kisaran Tahunan suhu permukaan laut di ◦ C dihitung dari Reynolds dan Smith (1995) berarti suhu permukaan laut kumpulan data. Interval kontur adalah 1 ◦ C dengan kontur yang berat pada 4 ◦ C dan 8 ◦ C. Daerah yang diarsir melebihi 8 ◦ C.

Di barat, udara dingin ditiup angin dari benua-benua pada musim dingin dan mendinginkan lautan. Pendinginan mendominasi perkiraan panas. Pada daerah tropis kisaran temperatur kebanyakan kurang dari 2ºC. Distribusi salinitas permukaan laut juga cenderung terdistribusi di daerah ini. Perairan paling asin terdapat pada perairan-perairan pertengahan garis lintang dimana penguapannya tinggi. Perairan yang tidak terlalu asin dekat dengan garis khatulistiwa dimana hujan membasahi permukaan, dan pada lintang tinggi dimana mencair es laut membasahi permukaan. Rata-rata (timur-barat) zonal salinitas menunjukkan korelasi erat antara salinitas dan curah hujan berkurangi penguapan sungai bertambah. Karena banyak sungai besar mengalir ke Samudra Atlantik dan Laut Arktik, mengapa adalah Atlantik lebih asin dari Pasifik? Broecker (1997) menunjukkan bahwa 0,32 Sv.

Gambar 3. Top: rata-rata permukaan laut salinitas. Interval kontur adalah 0,25. Daerah yang diarsir melebihi salinitas dari 36. Dari Levitus (1982). Bawah: hujan dikurangi penguapan dalam meter per tahun dihitung dari curah hujan global dengan Proyek Klimatologi Presipitasi Global dan panas laten fluks dihitung oleh Kantor Asimilasi data, baik di NASA Goddard Space Flight Center. Penguapan melebihi curah hujan di daerah teduh, interval kontur 0,5 m.


DISTRIBUSI GEOGRAFI
Air yang diuapkan dari perairan Atlantis tidak jatuh sebagai hujan didarat. Malah sebaliknya ia terbawa oleh angin ke perairan pasifik. Broecker menunjukkan bahwa kuantitas yang kecil sama dengan lebih sedikit dengan lebih sedikit aliran disungai A amazon tetapi “flux ini tidak dikompensasi oleh pertukaran perairan Atlantik yang lebih asin dari perairan pasifik yang kurang asin. Salinitas dari seluruh Atlantik akan meningkat sekitar 1 gram per liter per millennium.
Suhu dan salinitas dari samudera , pengertian suhu perairan laut adalah: t = 3,5 ◦ C. Salinitas rata-rata adalah S = 34,7. Distribusi tentang rata-rata dalah kecil: 50% air berada dalam kisaran: 1,3 ◦ C