Jumat, 13 Desember 2013

ESTIMASI DISTRIBUSI KLOROFIL-A DI PERAIRAN SELAT MADURA MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MODIS DAN PENGUKURAN IN SITU PADA MUSIM TIMUR

ESTIMASI DISTRIBUSI KLOROFIL-A DI PERAIRAN SELAT MADURA

MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MODIS DAN PENGUKURAN IN SITU
PADA MUSIM TIMUR

Nur Maulida Safitri[1], Bambang Semedi[2]
Ilmu Kelautan
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Selat Madura pada musim timur bulan Juni hingga September 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi distribusi klorofil-a di Selat Madura menggunakan data citra satelit Aqua MODIS dan pengukuran in situ pada musim timur serta melakukan validasi nilai konsentrasi klorofil-a dari kedua data tersebut. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode penginderaan jauh, studi lapang dan laboratorium. Metode penginderaan jauh dilakukan dengan mengolah data klorofil-a dari Aqua MODIS. Data in situ diperoleh dengan cara mengukur parameter oseanografi (suhu permukaan laut, kedalaman, pH, oksigen terlarut, salinitas, kecerahan dan arus permukaan). Data laboratorium diperoleh dengan menganalisa konsentrasi klorofil-a menggunakan metode spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter oseanografi yang berkaitan dengan persebaran klorofil-a di perairan Selat Madura diantaranya adalah suhu permukaan laut, kecerahan, oksigen terlarut dan arus permukaan. Sebaran klorofil-a pada musim timur berkisar antara 0,022317 – 1,561958 mg/L dengan puncak sebaran tertinggi di bulan Juli yaitu berkisar antara 0,102566 – 1,561958 mg/L. Setelah dilakukan uji validasi uji R square, diperoleh nilai R square sebesar 80,14% sehingga dapat disimpulkan hasil analisa citra satelit berpengaruh besar terhadap hasil analisa in situ sebesar 80% dengan rata-rata konsentrasi klorofil-a hasil analisa citra 1,127181 mg/L dan rata-rata konsentrasi klorofil-a in situ 1,195664 mg/L. Kedua data memiliki nilai rata-rata pada rentang 1-1,5 mg/L sehingga dapat disimpulkan Selat Madura memiliki kandungan klorofil-a yang tinggi pada musim timur.
Kata Kunci : Klorofil-a, Aqua MODIS, Selat Madura, Validasi


ESTIMATION OF CHLOROPHYLL-A DISTRIBUTION IN THE STRAIT OF MADURA USING MODIS SATELLITE IMAGERY DATA AND FIELD MEASUREMENT
 ON THE EASTERN SEASON

Nur Maulida Safitri1, Bambang Semedi2
Marine Science
ABSTRACT
This research was carried out in the Strait of Madura on the eastern season, June to September 2013. The purpose of this research is estimating chlorophyll-a distribution in Madura Strait using Aqua MODIS image satellite data & field measurement on the eastern season and validating both chlorophyll-a values. Data were collected by remote sensing method, field and laboratory study. Remote sensing method performed in processing chlorophyll-a data from Aqua MODIS. Field data obtained by measuring the oceanographic parameters (sea surface temperature, water depth, pH, dissolved oxygen, salinity, brightness and surface current). Laboratoty study conducted by analyzing chlorophyll-a concentration using spectrophotometer method. The results showed that the oceanographic parameters related to the distribution of chlorophyll-a in the Madura Strait are sea surface temperature, brightness, dissolved oxygen and surface current. Distribution of chlorophyll-a in the eastern season ranged between 0,022317 mg/L – 1,561958 mg/L with the highest distribution in July that ranged between 0,102566 – 1,561958 mg/L. After the validation test is performed using R square test, the value of R square is 80,14% so it can be summed up that the results of satellite imagery analysis has huge influence against the results of data field, worth 80%, with the average concentration of chlorophyll-a from the image is 1,127181 mg/L and data field is 1,195664 mg/L. Both data have average value in the range of 1-1,5 mg/L so the conclusion is the Madura Strait has high chlorophyll-a concentration on the eastern season.
Key Word(s): Chlorophyll-a, Aqua MODIS, Madura Strait, Validation.




[1] Student of Marine Science’s Departement, FPIK, Brawijaya University
[2] Lecturer of Marine Science’s Departement, FPIK, Brawijaya University



Untuk mendapatkan penelitian lengkap mengenai abstrak ini silahkan menghubungi nurmaulidasafitri@gmail.com


Kamis, 18 April 2013

Petunjuk Teknis GPS Garmin C60

A. Fungsi – Fungsi Tombol Garmin GPS Navigasi 60

Garmin GPS Navigasi 60 adalah salah satu Receiver GPS tipe navigasi, yang
dilengkapi dengan Kompas Digital. Alat ini punya kemampuan sebagai berikut :

1. Dapat menentukan posisi (koordinat) dalam format geografi (lintang & bujur),
koordinat pada proyeksi peta (UTM), dll
2. Dapat menentukan ketinggian suatu tempat
3. Dapat menentukan waktu, kecepatan, dan arah
4. Dapat menyimpan koordinat sebanyak 3000 titik (waypoint)
5. Dapat menyimpan koordinat secara otomatis (track) sebanyak 10000 titik

Fungsi – fungsi tombol pada keypad Receiver Garmin GPS 60 adalah sebagai berikut :
1. Tombol ON/OFF
Tombol ini berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan Receiver atau untuk
mengatur terang/gelap layar.
2. Tombol Zoom In dan tombol Zoom Out
Tombol ini berfungsi pada tampilan halaman (page) peta (map) untuk
memperbesar atau memperkecil tampilan peta dilayar.
3. Tombol FIND
Tombol Find berfungsi untuk menampilkan menu Find, berguna untuk navigasi
mencari suatu titik yang telah diketahui koordinatnya (waypoint) atau mencari
suatu kota (Cities).
4. Tombol MARK
Tombol Mark berfungsi untuk menyimpan posisi saat ini ke dalam waypoint.
5. Tombol QUIT
Tombol Quit berfungsi untuk keluar dari suatu tampilan menu atau kembali ke
halaman sebelumnya.
6. Tombol ROCKER
Tombol Rocker berfungsi untuk memilih menu atau menggerakkan kursor pada
tampilan di layer.
7. Tombol PAGE
Tombol Page berfungsi untuk pindah dari tampilan halaman (page) 1 ke
halaman berikutnya.
8. Tombol MENU
Tombol Menu berfungsi untuk menampilkan option masing-masing tampilan
halaman atau kalau ditekan 2 kali akan menampilkan halaman menu utama.
9. Tombol ENTER
Beberapa fungsi tombol ini adalah sebagai berikut :
Untuk memilih MENU/SUB MENU.
Untuk memasukkan data (misalnya memasukkan koordinat ke waypoint).



Dibagian belakang Receiver Garmin GPS terdapat :
1. Port untuk koneksi kabel ke antena luar.
2. Port untuk koneksi kabel ke batterai luar.
3. Port untuk koneksi kabel USB ke computer.
4. Kunci penutup batterai.
5. Tempat batterai.


B. Tampilan Informasi Layar (PAGE)

Receiver Garmin GPS Navigasi 60 menampilkan informasi ke pengguna dalam bentuk
halaman per halaman (page) informasi di layer monitor, ada lima (5) tampilan halaman
informasi yang terdiri dari Satelite Page, Trip Komputer Page, Map Page, Compass
Page, Main Menu Page. Untuk pindah dari tampilan halaman satu ke halaman lainnya
dapat melakukan dengan menekan tombol PAGE atau QUIT.


1. Satellite Page
Menampilkan informasi jumlah satelit yang diterima dalam bentuk diagram
batang dan sky plot, posisi atau koordinat Geografi (lintang dan bujur) serta
ketelitian koordinat.

Pada halaman satelit ini punya beberapa pilihan (option) yang dapat
ditampilkan dengan menekan tombol Menu.

2. Trip Komputer Page
Menampilkan informasi data untuk navigasi seperti kecepatan, arah, jarak,
waktu, posisi, ketinggian dan lain-lain.

Informasi data yang ditampilkan dapat dipilih sesuai kebutuhan, dengan cara
menekan tombol menu, dan memilih sub menu Change data Fields

3. Map Page
Menampilkan peta dan informasi navigasi (sesuai kebutuhan). Pada tampilan
halaman peta ini beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
 Zoom IN/OUT (memperbesar atau memperkecil) tampilan skala peta.
 Menampilkan titik waypoint.
 Menampilkan hasil pengukuran Track (seperti jalan, dll).
 Mengukur jarak antara 2 titik di peta, dll.

Pada halaman Peta (map) ini punya beberapa pilihan (option) yang dapat
ditampilkan dengan menekan tombol Menu. Map Page Option diatas digunakan
untuk mengatur tampilan informasi peta, sebagai contoh untuk menampilkan
informasi Speed, Heading, dan lokasi pada tampilan peta dapat dilakukan
sebagai berikut :
Pada tampilan peta, tekan tombol menu 1 kali
Selanjutnya menggunakan tombol Rocker pilih Data Fields, kemudian
tekan tombol Enter.
Kemudian menggunakan tombol Rocker pilih 3 Data Fields, maka
dilayar peta akan muncul kotak informasi Speed, Heading, dan lokasi.
Untuk mengganti informasi pada masing-masing kotak data, gunakan
menu Change Data Field.

4. Compass Page
Menampilkan informasi navigasi, pada dasarnya sama dengan Map Page :
Speed (kecepatan).
Dist To Next (jarak ke titik yang dituju).
To Course (arah/azimuth ke titik yang dituju).
Off Course, koreksi ke arah garis tujuan di lapangan (kiri atau kanan).
Track (arah perjalanan/pergerakan receiver).

Untuk mengganti/merubah tampilan kotak informasi dapat menggunakan
Compass Page Option berikut :


5. Main Menu
Main Menu adalah Menu untuk mengatur parameter receiver (datum, format
koordinat), satuan panjang/sudut/waktu yang diinginkan, atau informasi
mengenai GPS, tinggi muka laut, waypoint, beberapa program bantu seperti
kalkulator, kalender, stopwatch, games dan lain-lain.



C. PENGGUNAAN RECEIVER GPS GARMIN NAVIGASI 60
Penggunaan receveir Garmin GPS Navigasi 60 dilapangan terkait dengan beberapa
pekerjaan mulai dari menghidupkan alat, pengukuran alat, kalibrasi ketinggian,
penggunaan alat untuk penentuan posisi.

1. Menghidupkan Receiver Garmin GPS Navigasi 60 
Untuk menghidupkan receiver dapat dilakukan dengan menekan tombol
ON/OFF, setelah dihidupkan receiver akan melakukan inisialisasi (acquiring
satellite atau mencari sinyal satelit), setelah menerima 4 satelit akan muncul
tampilan halaman informasi satelit beserta koordinat sebagai berikut :


Informasi kanan atas menunjukkan Koordinat Geografi posisi alat saat ini,
bagian kiri atas menunjukkan ketelitan koordinat tersebut (makin kecil nilainya
makin baik). Bagian diagram batang menunjukkan informasi jumlah satelit dan
kuat sinyal satelit yang diterima.
Catatan :
Apabila receiver tidak digunakan dalam jangka waktu yang lama (3 bulan)
dalam keadaan batterai dilepas, lakukan inisialisasi seperti berikut :

Hidupkan receiver (tekan tombol ON/OFF).
Setelah mucul halaman Satellites, tekan tombol menu 1 kali. Akan muncul
Satellite option sebagai berikut :


Menggunakan tombol Rocker pilih NEW LOCATION, kemudian tekan
Enter, setelah itu pilih Automatic dan tekan Enter.
Untuk kondisi seperti ini perlu waktu inisialisasi sekitar 15 menit.

2. Pengaturan Receiver Garmin GPS (Setting Receiver)
Sebelum Receiver GPS digunakan perlu dilakukan pengaturan receiver (setting)
agar sesuai dengan kebutuhan pengguna. Beberapa hal yang perlu diatur/diset
adalah :
1. Unit (terkait dengan pengaturan Sistem Koordinat, Datum Koordinat dan
bentuk/format tampilan koordinat (UTM atau Geografi), satuan panjang,
satuan tinggi, satuan kedalaman dll).
2. Tampilan waktu (local atau UTC).
3. Calibration.
4. Interface (komunikasi reciver dengan komputer).

Pengaturan (setting) alat ini cukup satu kali dilakukan kecuali kalau perlu
perubahan dan sebaiknya dilakukan dikantor sebelum berangkat ke lapangan.

a. Pengaturan Unit
Pengaturan unit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Hidupkan alat.
b. Pilih MAIN MENU (tekan tombol Menu dua kali).
c. Dengan tombol Rocker, pilih Setting dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
d. Selanjutnya menggunakan tombol Rocker pilih item Menu Units dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
e. Menggunakan tombol Rocker, pindahkan kursor ke Position Format, tekan Enter selanjutnya pilih sebagai berikut :
  • Pilih format hdddomm’ ss.ss’’ kemudian tekan tombol Enter untuk  koordinat Geografi. 
  • Pilih UTM/UPS kemudian tekan Enter untuk koordinat UTM.
f. Pindahkan kursor ke Map Datum, dan pilih WGS 84.
g. Selanjutnya pindahkan balok kursor ke Distance/Speed, tekan Enter,kemudian pilih Metric diikuti dengan menekan tombol Enter.
h. Pindahkan balok kursor ke Elevation (Vert Speed), tekan Enter,kemudian pilih Meters (m/sec) diikuti dengan menekan tombol Enter.
i. Pindahkan balok kursor ke Depth, tekan Enter, kemudian pilih Meters dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
j. Pindahkan balok kursor ke Temperature, tekan Enter, kemudian pilih Celcius dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
h.Setelah selesai tekan tombol Quit.
b. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Hidupkan alat.
b. Pilih MAIN MENU (tekan tombol Menu dua kali).
c. Dengan tombol Rocker, pilih Setting dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
d. Selanjutnya menggunakan tombol Rocker pilih item menu Time dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
e. Menggunakan tombol Rocker, pindahkan kursor ke Time Format, tekan Enter, selanjutnya pilih 12 hour atau 24 hour, diikuti dengan menekan tombol Enter.
f. Selanjutnya pindahkan balok kursor ke Time Zone, tekan Enter, Kemudian pilih Other diikuti dengan menekan tombol Enter.
g. Selanjutnya pindahkan balok kursor ke UTC Offset, tekan Enter, Kemudian isikan +09.00 untuk WIT, +08.00 untuk WITA, dan +07.00 untuk WIB dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
h.Setelah selesai tekan tombol Quit.

c. Pengaturan Interface
Pengaturan Interface perlu dilakukan agar Receiver dapat berkomunikasi dengan komputer, hal ini diperlukan untuk memindahkan data hasil pengukuran ke komputer. Pengaturan Interface dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Hidupkan alat.
b. Pilih MAIN MENU (tekan tombol Menu dua kali).
c. Dengan tombol Rocker, pilih Setting dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
d. Selanjutnya menggunakan tombol Rocker pilih item menu Interface dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
e. Menggunakan tombol Rocker, pindahkan kursor ke Tserial Data Format, tekan Enter, selanjutnya pilih GARMIN, diikuti dengan menekan tombol Enter.
f.Setelah selesai tekan tombol Quit.

d. Pengaturan Tampilan Informasi pada halaman (page) Trip Komputer
Pengaturan tampilan informasi ini agar informasi yang muncul dilayar trip
komputer sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Hidupkan alat.
b. Pilih Trip Komputer Page (dengan cara tekan tombol page beberapa kali sampai muncul halaman trip komputer).
c. Selanjutnya tekan tombol Menu satu kali.
d. Dengan tombol Rocker, pilih Change Data Field dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
e. Selanjutnya menggunakan tombol Rocker pilih item menu Data Field yang akan dirubah tampilan informasinya (misalnya Field Odometer mau diganti dengan informasi posisi/koordinat) dilanjutkan dengan menekan tombol Enter.
f. Menggunakan tombol Rocker pilih Location (selected), diikuti dengan menekan tombol Enter.
g. Sekarang informasi Odometer telah berubah menjadi informasi koordinat.
h.Setelah selesai tekan tombol Quit.

C. Pengukuran Posisi/Koordinat Objek Titik di Lapangan
Pengertian objek titik dilapangan sangat relative tergantung dari skala peta yang diinginkan (contoh suatu desa dapat berupa titik pada peta skala 1:1.000.000, suatu rumah/bangunan dapat berupa titik pada peta skala 1:25.000, suatu tiang listrik dapat berupa titik pada peta skala 1:500). Pengukuran penentuan posisi titik di lapangan seperti tiang, bangunan, jembatan menggunakan GPS Navigasi 60 dapat dilakukan sebagai berikut : 
Persiapan peralatan
1. Receiver GPS Navigasi 60.
2. Kabel Dowwnload.
3. Formulir ukuran.
4. Pengaturan Receiver (lihat atas).
Pengukuran di lapangan
1. Datang ke lokasi objek titik yang akan diukur (kondisi terbuka).
2. Hidupkan alat.
3. Tunggu beberapa saat (setelah satelit keterima 4), akan muncul  informasi koordinat.
4. Catat atau rekam ke memori (Waypoint) dengan cara :
  • Tekan tombol MARK. 
  • Menggunakan tombol Rocker pilih Avg/rata-rata, dilanjutkan dengan menekan tombol Enter, setelah Estimated Accuracy terpenuhi misalnya 2 meter, tekan tombol Enter. 
  • Kalau perlu beri nama titik pada baris paling atas. 
  • Pindahkan kursor ke tombol Ok selanjutnya tekan Enter.
5. Sebaiknya catat no urut Waypoint dan harga koordinat di formulir survey dan lengkapi juga dengan keterangan objek yang diperlukan.
6. Lakukan hal yang sama untuk titik lainnya.

D. Pengukuran Posisi/Koordinat Objek Berbentuk Garis di Lapangan
Pengertian objek garis di lapangan dapat berupa jalan, garis keliling kebun
sungai dan lain – lain.
Pengukuran penentuan posisi objek garis di lapangan dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Persiapan peralatan :
  • GPS GARMIN
  • Kabel download
  • Formulir ukuran
  • Dll.
2. Pengukuran Koordinat di Lapangan
  • Datang ke titik awal jalan yang akan diukur. 
  • Hidupkan alat (tekan tombol ON). 
  • Tunggu beberapa saat (setelah satellite keterima 4), akan muncul informasi koordinat. 
  • Tekan tombol PAGE beberapa kali sampai muncul halaman Main Menu. 
  • Menggunakan tombol Rocker, pindahkan kursor ke Tracks, diikuti dengan menekan tombol Enter. 
  • Menggunakan tombol Rocker pilih Setting, isikan :
          a. Isikan Wrap When Full.
          b. Record Methode : DISTANCE.
          c. Interval : 0.01 km. 
          d. Selesai mengisis parameter ukuran, tekan tombol QUIT.
  • Isikan option Track Log : ON (pindah kursor ke ON dan tekan Enter). 
  • Mulai jalan mengikuti jalan yang akan diukur, sampai akhir segmen jalan yang hendak diukur posisinya. 
  • Setelah selesai sampai di ujung jalan set Track Log pada option menjadi OFF (pindahkan kursor ke OFF tekan Enter). 
  • Catat data atribut/keterangan seperti nama jalan, kelas jalan dll. 
  • Lakukan tahapan b.1 s/d b.9 auntuk segmen jalan berikutnya. 
  • Perhatikan % memory alat (kalau sudah 95% disimpan) dengan cara pindahkan kursor ke SAVE diikuti Enter. 
  • Kemudian klik yes Enter bila muncul pertanyaan Do you want to save the entire track?
  • Isikan nama file atau menggunakan nama file otomatis berdasarkan tanggal-bulan-tahun dan sesi pengukuran contoh 01-Aug-05 01. 
  • Alat ini maksimal bisa menyimpan sampai 20 file. 

Ini Sumbernya

Selasa, 16 April 2013

Membaca Koordinat


Proyeksi peta adalah cara memindahkan sistem paralel garis lintang dan garis bujur berbentuk bola (Globe) ke bidang datar (peta). Hasil pemindahan dari globe ke bidang datar ini akan menjadi peta.

Dalam proses penggubahan menjadi peta, maka dikenal beberapa jenis sistem proyeksi, diantaranya:

Proyeksi berdasarkan bidang asal:
Bidang datar (zenithal)
Kerucut (conical)
Silinder/Tabung (cylindrical)
Gubahan (arbitrarry)
Jenis proyeksi no.1 sampai no.3 merupakan proyeksi murni, tetapi proyeksi yang dipergunakan untuk menggambarkan peta yang kita jumpai sehari-hari tidak ada yang menggunakan proyeksi murni di atas, melainkan merupakan proyeksi atau rangka peta yang diperoleh melaui perhitungan (proyeksi gubahan).

Contoh proyeksi gubahan :
Proyeksi Bonne sama luas
Proyeksi Sinusoidal
Proyeksi Lambert
Proyeksi Mercator
Proyeksi Mollweide
Proyeksi Gall
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Homolografik

Proyeksi tersebut digunakan pada:
1. Seluruh Dunia
Dalam dua belahan bumi dipakai Proyeksi Zenithal kutub
Peta-peta statistik (penyebaran penduduk, hasil pertanian) pakai Mollweide
Arus laut, iklim pakai Mollweide atau Gall
Navigasi dengan arah kompas tetap, hanya Mercator
2. Daerah Kutub
Proyeksi Lambert
Proyeksi Zenithal sama jarak
3. Daerah Belahan Bumi Selatan
Sinusoidal
Lambert
Bonne
4. Untuk Daerah yang lebar ke samping tidak jauh dari Khatulistiwa
Pilih satu dari jenis proyeksi kerucut.
Proyeksi apapun sebenarnya dapat dipakai
Untuk daerah yang membujur Utara-Selatan tidak jauh dari Khatulistiwa pilih Lambert atau Bonne.


Satuan Koordinat:

Koordinat adalah bilangan yang dipakai untuk menunjukkan lokasi suatu titik dalam garis, permukaan atau ruang.
Sistem koordinat adalah sebuah kerangka referensi yang mengacu pada sumbu horizontal X dan Y (dua dimensi) dan ketinggian atau kedalaman Z (tiga dimensi) serta seperangkat aturan-aturannya.
Posisi acuan dapat ditetapkan dengan asumsi atau ditetapkan dengan suatu kesepakatan matematis yang diakui secara universal dan baku. Jika penetapan titik acuan tersebut secara asumsi, maka sistim koordinat tersebut bersifat Lokal atau disebut Koordinat Lokal dan jika ditetapkan sebagai kesepakatan berdasar matematis maka koordinat itu disebut koordinat yang mempunyai sistim kesepakatan dasar matematisnya.


Grid diasumsikan sebagai petunjuk pembacaan garis lintang dan garis bujur. Pada gambar peta tertera misalnya: grid 06 85 s/d 06 90 dan terbagi atas 5 bagian (kolom) sehingga 1 kolom = 1 km (1000 m).

1. Koordinat Geografi
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis khayal, yaitu garis khayal lintang (latitude) dan garis khayal bujur (longitude). 
Sistem koordinat membagi menjadi wilayah berdasarkan lintang dan bujur, petunjuk lokasinya dalam bentuk derajat. Garis lintang geografi diberi indikasi U dan S (Utara dan Selatan) sedangkan bujur geografi di Indonesia selalu mengarah ke T.
Satuannya adalah derajat. Setiap derajat (°) lintang dibagi menjadi 60 menit (‘) (satu menit lintang mendekati satu mil laut atau 1852meter, yang kemudian dibagi lagi menjadi 60 detik (“). Untuk keakurasian tinggi detik bisa digunakan dengan pecahan desimal.

Sumbu yang digunakan adalah garis bujur yang tegak lurus terhadap khatulistiwa dan garis lintang yang sejajar dengan garis khatulistiwa, selanjutnya dihitung bujur dan lintangnya, dengan penulisan dddomm’ss” (derajat, menit, detik).




2. Koordinat UTM

Sementara sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) adalah rangkaian proyeksi Transverse Mercator untuk global dimana bumi dibagi menjadi 60 bagian zona. Setiap zona mencangkup 6 derajat bujur (longitude) dan memiliki meridian tengah tersendiri. Sistem koordinat ini memiliki satuan meter.
Koordinat UTM merupakan suatu sistem pengukuran proyeksi yang membagi bumi (bulat) menjadi irisan jaring-jaring dengan sudut 6 derajat.

Contoh pembacaan:



Contoh:

Peta Administrasi Bangil



Cara Membaca:
Misalkan kita diminta untuk mencari titik koordinat Desa Tambakrejo di titik J. Maka titik yang dicari adalah:




1. Koordinat Geografis

Untuk mencari koordinat geografis, sebelumnya kita lihat dulu koordinat yang berwarna biru (Harap diingat sebelumnya T mewakili sisi bujur timur dan S mewakili sisi lintang selatan). Pertama-tama buat garis x dan y dari areal tersebut untuk mempermudah.
Untuk Garis Timur:
Tulis dulu derajat bujur timur titik J Desa Tambakrejo, yaitu 112°. Selanjutnya lihat pada ujung kiri bawah yaitu 51’30’’ (Dibaca 51 menit 30 detik). Lihat lagi sebelah kanannya yaitu 52’00”. Berarti dalam satu kotak memiliki pergeseran sebesar 30 detik. Sehingga setelahnya, di ujung kanan bawah adalah 52’30”. Untuk menentukan lokasi pasti dari titik tersebut, bagi kotak menjadi beberapa garis sama besar. Misalnya dibagi menjadi 6 area sama besar, maka tiap-tiap garis besarnya 5 detik. Kita hitung saja detik terdekat dari menit ke 52 yaitu 18 detik.
Selanjutnya adalah menulis besar koordinat geografisnya: 112.52 dengan perkiraan lebih 18. Sehingga koordinatnya menjadi 112°52’18”.


Untuk Garis Selatan:
Kembali tulis derajat, garis lintang di titik J Desa Tambakrejo, yaitu 07°. Selanjutnya lihat pada ujung kanan atas yaitu 36’30’’. Lihat lagi bawahnya yaitu 37’00”. Berarti dalam satu kotak memiliki pergeseran sebesar 30 detik. Setelahnya, di ujung kanan bawah adalah 37’30”. Sama seperti sebelumnya, untuk menentukan lokasi pasti dari titik tersebut, bagi kotak menjadi beberapa garis sama besar. Misalnya dibagi menjadi 6 area sama besar, maka tiap-tiap garis besarnya 5 detik. Kita hitung saja detik terdekat dari menit ke 37 yaitu 19 detik.

Penulisan koordinat menjadi:

2. Koordinat UTM
Koordinat UTM ditunjukkan dengan koordinat yang berwarna hitam. mT adalah meter timur, mewakili sumbu x dan mU adalah meter utara. 

Untuk Garis Utara:
Langkah pertama adalah melihat koordinat UTM di ujung kanan, kita lihat di ujung kanan dari gambar tertulis 9165 dan di ujung kanan bawah tertulis 9160. Perhatikan dengan seksama diantara kedua titik koordinat tersebut ada 4 garis hitam. Antara 9160 dan 9165 berjarak 5 km, yang artinya 5000 m. itu berarti jarak antar titik hitam (termasuk yang diberi warna merah) adalah 1000 meter. Semakin keatas bertambah 1000 meter dan berlaku sebaliknya. Jadi kita tulis saja dari sisi terdekat desa tambakrejo sebagai 9157.
Desa tambakrejo di titik J terletak diantara koordinat 9157 dan 9158, maka kita bagi kembali menjadi beberapa garis sama besar, misalnya 10 area. Berarti tiap 1 area mewakili 100 meter.
 
Hasil pembacaannya adalah 9157 dengan perkiraan 0 meter. Berarti letak desa ini adalah 9157000 meter (karena dikalikan 100 meter).

Untuk Garis Timur:
Sama seperti sebelumnya, lihat di ujung kiri bawah dari gambar, tertulis 0700 dan ujung bawah gambar ini adalah 0705. Ini berarti semakin kekanan akan bertambah panjangnya.

Jarak terdekat dari titik J adalah 0706 dan 0706844 meter (lihat tulisan hitam di ujung kanan bawah). Untuk mempermudah bagi menjadi 8 area saja (agar setiap area besarnya 100 meter).
Hasil pembacaannya adalah 0706 dengan perkiraan 5,5 meter. Berarti letak desa ini adalah 9157550 meter.

Hasil pembacaan koordinat UTM menjadi:


Sederhana bukan?

Jumat, 22 Maret 2013

Eutrofikasi Perairan: Sisi Baik dan Buruk. Sebuah Kajian dalam Kaitannya dengan Pemanasan Global


Umum untuk diketahui bahwa membludaknya algae sebagai produktivitas primer di suatu perairan dikenal dengan istilah eutrofikasi. Kondisi perairan yang memiliki nutrien tertentu dalam jumlah besar dengan kadar tidak seimbang akan menyebabkan algae-algae tersebut tumbuh subur (blooming) di perairan.
Sebenarnya kandungan nitrogen (N), fosfor (P), dan  silikon (Si) harus berada dalam kondisi perbandingan 16:1:1, karenanya perubahan perbandingan akan mempengaruhi proses suksesi plankton. Nitrogen dan fosfor merupakan dua unsur yang sangat berpengaruh terhadap algae. Pada siklus fosfor, senyawa fosfat organik dari tumbuhan dan hewan yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi fosfat anorganik untuk kemudian terlarut dalam air tanah atau air laut dan mengendap pada sedimen. Saat terkikis ia akan diserap oleh tanaman dan fitoplankton dalam bentuk organofosfat untuk proses metabolisme. Tidak berbeda jauh dengan siklus fosfat, dalam siklus nitrogen terjadi proses fiksasi nitrogen dari atmosfer ke dalam tanah, mineralisasi, nitrifikasi dan denitrifikasi yang juga dibutuhkan oleh algae untuk berkembang biak.
Ketika proses alamiah ini berjalan secara alami dengan komposisi yang sama maka hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun sejak abad ke-20, keseimbangan komposisi nutrien di perairan tadi menjadi berbeda, kandungan nitrogen dan fosfor meningkat. Kondisi air menjadi eutrofik dikarenakan konsentrasi total phosphorus dan nitrat dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L, menyebabkan ikan dan biota lainnya dalam rantai ekosistem hilang sehingga keseimbangan ekosistem air terganggu.
Banyak orang beranggapan bahwa limbah domestik yang dibuang dari daratan merupakan penyebab dari kejadian ini. Memang benar adanya. Pada sebuah penelitian jangka panjang di berbagai danau di dunia menghasilkan suatu kesimpulan bahwa fosfor merupakan elemen kunci diantara nutrien utama yang dibutuhkan produsen [karbon (C), nitrogen (N), dan fosfot (P)] dalam proses eutrofikasi. Saat danau hanya ditambahkan karbon dan nitrogen, algal bloom tidak terjadi. Namun pada danau lainnya, penambahan fosfor di perairan (dalam bentuk senyawa fosfat dan nitrat) mampu menyebabkan blooming. Mengapa? Karena secara umum 10 persen fosfat berasal dari proses alamiah air, 7 persen dari industri, 11 persen dari detergen, 17 persen dari pupuk pertanian, 23 persen dari limbah manusia, dan 32 persen dari limbah peternakan. Sehingga manusia lah yang berperan besar menyumbang limbah ini. Semakin besar jumlah populasi, semakin banyak fosfat yang dibuang ke perairan, sehingga semakin tinggi kemungkinan terjadinya eutrofikasi.
Hal yang menarik ialah eutrofikasi memberikan dampak yang besar bagi perairan. Dalam proses nitrifikasi-denitrifikasi, penguraian oleh bakteri Nitrococcus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter berlangsung secara aerob sehingga oksigen di perairan akan berkurang. Hasil uraian bahan sisa akan membentuk mineral lumpur yang bisa menyebabkan pendangkalan secara tidak langsung. Warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap (karena terjadi penguraian aerob tadi sehingga terbentuk amoniak), serta kekeruhan di perairan yang meningkat. Akibatnya jelas, biota-biota perairan akan musnah karena syarat hidup mereka tidak layak sehingga mereka sulit untuk survive. Banyaknya eceng gondok bertebaran di rawa-rawa dan danau-danau yang juga disebabkan kandungan fosfat-nitrat berlebih, belum lagi bahaya yang ditimbulkan algae biru-hijau (Cyanobacteria) yang diketahui mengandung toksin sehingga menbawa risiko kesehatan bagi manusia dan hewan. Kualitas air menjadi sangat menurun. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut (DO), bahkan sampai batas nol. Dari sisi sosial ekonomi, eutrofikasi menyebabkan hilangnya nilai konservasi, estetika, rekreasional dan pariwisata sehingga dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk mengatasinya.
Kasus red tide di Teluk Lampung akhir Desember lalu mengakibatkan pengusaha keramba jaring apung rugi hingga 5 miliar akibat melimpahnya sampah organik serta pakan intensif untuk budidaya. Tidak berbeda jauh, data statistik dari Waduk Cirata menunjukkan mulai tahun 2000 hasil produksi cenderung menurun, berbanding terbalik dengan jumlah keramba yang semakin banyak. Pada lokasi kedua ini ditanggulangi dengan cara penambahan aerasi berupa kincir air di beberapa titik dalam satu area waduk sehingga kandungan oksigen terlarut akan meningkat, meskipun tidak sampai ke dasar perairan.
Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa, telah menjadikan eutrofikasi sebagai agenda lingkungan hidup yang harus ditangani dengan serius dengan membentuk komite-komite khusus untuk mencari solusi permasalahan yang diakibatkan oleh hubungan antara manusia dengan lingkungan yaitu melakukan pengawasan ketat terhadap pencemaran lingkungan. Pada prinsipnya, mereka sangat membatasi jumlah fosfat yang ada di perairan dengan mencantumkan lebel “phosphate free” atau “environmental friendly” pada produk kebutuhan rumah sehari-hari. Juga mengurangi fosfat dan nitrat dengan serangkaian treatment tertentu.
Berbeda dengan Negara Cina dan Korea, mereka menggunakan bakteri-bakteri aktif pemakan algae untuk membersihkan pencemaran. Hal yang rencananya juga akan diadopsi oleh pemerintah DKI Jakarta untuk membersihkan Teluk Jakarta dari eutrofikasi.
Berhubungan dengan pemanasan global, persoalan eutrofikasi seperti dua mata pisau yang saling berhubungan, memiliki sisi negatif dan positif. Cyanobacteria memiliki perlindungan kimiawi berupa zat racun dan senyawa bioaktif yang mampu menyerang grazer, seperti zooplankton Daphnia spp serta kompetitor - kompetitornya. Toleransinya kepada radiasi ultraviolet (karena mengandung shinorine, mycosporine-glycine, poryphyra-334 dan scytonemin) menyebabkan jenis algae ini mampu hidup pada penerangan yang tinggi, cenderung tumbuh subur pada suhu hangat. Adanya pemanasan global menyebabkan eutrofikasi perairan semakin meningkat. Eutrofikasi, ditambah pemanasan global, menyebabkan periode pertumbuhan algae cenderung lebih lama.
Membludaknya algae di perairan otomatis berakibat pada membludaknya zat racun padanya. Pada perairan Teluk Pensacola, Kelimpahan Cyanobacteria Synechoccus pada perairan estuaria menyebabkan kematian massal pada zooplankton dan biota-biota lainnya. Di Canada dan Perairan Alaska, membludaknya Cyanobacteria menimbulkan penyakit baru yang dialami manusia, Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) karena mengkonsumsi kerang-kerangan beracun. Peresapan karbon dioksida yang terlalu banyak ke perairan menyebabkan laut menjadi lebih asam. Ditambah lagi zat racun algae yang ikut mengendap di perairan bersamanya. Kerang-kerangan yang hidup pada zona fotik abyssal, mereka membutuhkan kalsium karbonat (CaCO3) untuk membentuk cangkang. Karena hidup sebagai filter feeder, kerang dengan mudah menggunakan keduanya sehingga mereka menjadi sangat beracun. 
Para peneliti menemukan fakta bahwa penyerapan karbon oleh algae jauh lebih besar daripada penyerapan karbon oleh pohon. Algae biru-hijau ini merupakan tanaman pertama di bumi yang mampu menghasilkan oksigen. Menariknya, para peneliti di Eropa yang tergabung dalam EIFEX (European Iron Fertilization Experiment) justru memasukkan zat besi di perairan agar algae membludak. Saat perairan di wilayah Samudera Antartika dibiarkan, algae-algae tumbuh dengan wajar. Setelah penambahan zat besi, terjadi eutrofikasi karena nutrien ini akan bergabung dengan fosfor sehingga memperbesar proses fotosintesis algae. Selama proses fotosintesis ini, karbon dioksida dari atmosfer diabsorpsi melalui sel algae yang melimpah tadi, dan saat algae mati atau dimakan, karbon akan mengendap ke dasar lautan, membawa gas-gas rumah kaca bersamanya, menurunkan suhu, dan mendinginkan dunia.
Seperti Cyanobacteria, pada Samudera Arctic, algae bersel satu –fitoplankton—  mampu merendam 45 triliun ton karbon dioksida setiap tahun dan memberikan pasokan oksigen setengah dari bumi. Blooming pertama menyebabkan penurunan 400 ppm CO2 di udara, sedikit menurunkan pemanasan global di dunia. Fakta citra satelit lama 10 kali lipat lebih rendah dalam meneliti fenomena ini menyebabkan kelimpahan algae dibawah lapisan es Samudera Arktik menjadi jauh lebih banyak lagi. Tahun lalu NASA menemukan 100 km fitoplankton dibawah es dekat Alaska. Sebelumnya para ilmuwan mengira es memblokir sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman untuk tumbuh, sekarang mereka berpikir kolom es mencair, sinar matahari terkonsentrasi seperti kaca pembesar. Pemanasan global menyebabkan algae mekar dua kali lebih cepat. Meskipun mampu menyerap karbon secara besar-besaran, namun memiliki efek yang besar pula bagi burung dan paus yang bermigrasi jika dibiarkan lebih lama.
Persoalan eutrofikasi merupakan hal yang serius untuk dibicarakan. Meskipun jenis algae yang membahayakan hanya 2% dari keseluruhan spesies, namun apabila spesies-spesies tidak berbahaya tadi terlalu melimpah maka akan mengganggu kesetimbangan rantai makanan. Solusi yang mampu ditawarkan disini adalah setiap negara memiliki suatu area khusus untuk memelihara algae, terutama fitoplankton. Mengapa? Karena jumlah pohon-pohon di bumi kita sudah berkurang drastis, ditambah lagi peranan pohon dalam mengurangi emisi karbon di udara tidak sebesar algae. Bagaimana jika fitoplankton-fitoplankton dibudidayakan dalam suatu sistem open ponds. Selain mampu menambah suplai oksigen di udara, dengan mengembangbiakkan spesies fitoplankton akan mampu menambah devisa negara karena mereka juga bisa digunakan dalam dunia farmasi, kosmetika, bidang pangan, bidang pertanian (sebagai fertilizer), dan bidang - bidang lainnya. Tentunya fitoplankton yang dibiakkan adalah spesies-spesies yang menguntungkan. Bila dibayangkan, jika dalam satu negara saja minimal mengembangkan 3 area budidaya plankton dalam skala besar, maka pengaruhnya bagi atmosfir akan sangat besar. Jika disimpulkan, seandainya eutrofikasi ini justru kita biakkan dalam suatu area dengan sistem tertentu, maka akan sangat bermanfaat dalam menurunkan kandungan karbon dioksida di udara. Tentu saja, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai solusi ini dalam mengurangi efek pemanasan global di dunia.
Sangat ironi, tanpa algae kita tidak akan tetap hidup disini. Manusia dan hewan membutuhkan oksigen yang diproduksi oleh algae. Walau bagaimanapun, sekarang, mereka mengancam kesehatan dan kehidupan manusia yang membutuhkan pasokan air bersih atau pendapatan dari perikanan dan pariwisata laut.
Oleh karenanya, persoalan eutrofikasi ini jangan hanya sekadar dijadikan wacana saja, akan tetapi perlu ada tindakan lebih lanjut. Pada akhirnya, fenomena eutrofikasi sebesar apapun dan dimanapun akan mempunyai dampak yang besar bagi kehidupan manusia dan ekosistem alam.

Jumat, 22 Februari 2013

Xylocarpus Granatum, Bedak Mangrove dengan Kandungan Tabir Surya yang Tinggi


Xylocarpus granatum, biasa dikenal dengan sebutan nyiri merupakan sejenis pohon yang  berukuran sedang, selalu hijau atau luruh, tinggi mencapai 22 m, dan bergaris tengah hingga 1 m. Terkadang dijumpai pohon berakar banir; sering dijumpai sistem akar berupa akar napas atau permukaan akar seperti pita; kulit batang bercelah atau bersisik. Tanaman ini berdaun majemuk menyirip genap, duduk ibu tangkai berseling (alternate), terdapat (1-)2-3 pasang anak daun; anak-anak daun memiliki bentuk jorong atau bulat telur (sungsang), panjang 4-17 cm dan lebar 2-9 cm.  Buah kapsul, halus berkayu, bergaris tengah hingga 25 cm, mengandung 6 - 18 biji. Biji berbentuk persegi empat, panjang hingga 6 cm, berwarna coklat. 

Xylocarpus granatum tumbuh di sepanjang pinggiran sungai pasang surut, pinggir daratan dari mangrove, dan lingkungan payau lainnya yang tidak terlalu asin. Seringkali tumbuh mengelompok dalam jumlah besar. Di Indonesia tersebar di Jawa, Madura, Bali, Kepulauan Karimu Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Sumba, serta Irian Jaya. Tanaman ini biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan perahu karena ukurannya kecil, kulit kayu dikumpulkan karena kandungan taninnya yang tinggi. Tanin ini biasa digunakan sebagai pengawet jaring, lem, bahan pewarna kain, dan lain-lain.

Ternyata jenis mangrove ini juga memiliki kegunaan lain. Sebuah penelitian yang dilakukan Linawati Hardjito, peneliti dari IPB, telah membuktikan manfaat biji mangrove untuk melindungi kulit manusia dari sengatan sinar matahari.

Sebetulnya pemanfaatan biji mangrove untuk tabir surya sudah dilakukan bertahun-tahun masyarakat di Bugis. Tidak hanya pada masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan, saja yang memanfaatkan biji mangrove untuk melindungi kulit dari sengatan matahari. Pada masyarakat Ternate, biji mangrove dijadikan ekstrak untuk mencegah kanker rahim.

Biji mangrove yang terdapat di dalam buah mangrove mengandung antioksidan dan bahan aktif untuk melindungi kulit dari sengatan sinar ultraviolet. Kandungan flavonoid dan tanin mampu mencegah terjadinya kanker kulit akibat sering terpapar sinar matahari. 

Biji mangrove diolah menjadi ekstrak dan diberi zat tambahan lainnya untuk dijadikan krim tabir surya. Ekstrak biji mangrove mengandung sun protector filter (SPF) 22. Sementara itu, standar nasional Indonesia (SNI) untuk tabir surya SPF-nya minimal 15. Maka tabir surya dari mangrove itu lebih dari cukup untuk melindungi kulit dari sengatan matahari. Krim tabir surya itu warnanya mirip dengan warna kulit dan tidak memakai bahan pengawet. Sedangkan baunya, mirip bau mangrove.

Ekstrak biji ternyata juga mengandung bahan polar dan nonpolar, sehingga dapat digunakan sehari-hari maupun saat berenang.

Referensi:
http://www.mangrovesforthefuture.org/assets/Repository/Documents/KeSEMaT-Buku-Beragam-Produk-Olahan-Berbahan-Dasar-Mangrove2.pdf

School on Internet Asia Project with TUMSAT University : Advanced Topics for Marine Technology and Logistics 2012

1. English for Vessel Traffic Service - its features and efforts for standardization (Prof. Takagi)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/01/559.pdf

2. English for Vessel Traffic Service - its features and efforts for standardization (Prof. Kuse)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/02/579.pdf

3. Tribology on Mechanical Engineering (Prof. Iwamoto)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/03/iwamoto_20130116_2in1.pdf

4. Plastic deformation in metals (Prof. Morita)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/04/morita_20130124.pdf

5. Prevention of rollover accidents of trailer trucks loading containers by D3DCG (Prof. Watanabe)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/05/watanabe_20130217.pdf

6. Training and its Assessment on Mariner's Techniques Utilizing Ship-handling Simulator (Prof. Ishibasi)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/06/SOI_MET_ISHIBASHI.pdf

7. Human Factor of Ship-handling and Safe Navigation (Prof. Uchino)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120046/materials_for_student/07/SOI-FEB14-2013_UCHINO_0214.pdf

School on Internet Asia Project with TUMSAT University : Advanced Topics for Marine Science 2012

1. Fish immunology for vaccination (Prof. Kondo)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/01/121205_SOI_Kondo.pdf

2. Marker-Assisted Selection in Aquaculture: Strategies and Applications (Prof. Sakamoto)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/02/SOI2012_TSakamoto.pdf

3. Biotechnology and its application to aquaculture: genetic modification, polyploidy and surrogate broodstock technology (Prof. Yazawa)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/03/2012_1218.pdf

4. Set net fishery in Japan (Prof. Akiyama)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/04/2012_1218_akiyama.pdf

5. Seafood allergy and allergens (Prof. Kobayashi)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/05/kobayashi_up0026.pdf

6. Changes in coastal environment and jellyfish blooms in eutrophicated bays (Prof. Ishii)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/06/Ishii_20120121_2in1.pdf

7. Bacteria in the aquatic environment (Prof. Terahara)
http://www.soi.wide.ad.jp/class/20120045/materials_for_student/07/30965.pdf