Sabtu, 05 Februari 2022

Penerapan Teknologi Genetika dalam Bidang Akuakultur

Prospek budidaya ikan semakin luas karena ekspor ikan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kebutuhan pasar untuk ikan untuk beberapa komoditas tertentu belum dapat terpenuhi secara optimal. Hal ini berhubungan dengan sulitnya proses pemijahan. Terjadinya penurunan mutu genetik ikan umumnya juga disebabkan adanya manajemen induk dan benih yang tidak terkontrol pada usaha perbenihan; sehingga perlu dilakukan perbaikan mutu genetik ikan untuk meningkatkan produktivitas suatu komoditas tanpa mengabaikan toleransi terhadap kondisi lingkungan dan peningkatan ketahanan terhadap penyakit. Secara tradisional, strategi perbaikan mutu genetik untuk mendapatkan bibit unggul dilakukan menggunakan teknik seleksi dan hibridisasi.

Seleksi dilakukan dengan memilih individu-individu maupun famili dengan performa terbaik untuk selanjutnya dipijahkan sehingga induk yang terseleksi mempunyai karakteristik yang lebih baik dari populasi sebelumnya. Sedangkan hibridisasi (persilangan) dilakukan dengan melakukan perkawinan silang dua spesies ikan yang dekat hubungannya (antar spesies dalam satu genus atau antar genus dalam satu famili) yang memiliki sifat dan ciri berbeda sehingga dapat dihasilkan keturunan dengan sifat dan ciri yang diinginkan. Dengan adanya program perbenihan yang terencana dengan matang seringkali teknik seleksi dan hibridisasi saling melengkapi untuk menemukan kombinasi induk yang menghasilkan keturunan yang unggul, pertumbuhan cepat dan kelangsungan hidup yang tinggi sehingga mampu menghasilkan keturunan indukan ikan yang lebih baik. Sebagai contoh, ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki ukuran tubuh yang lebih besar daripada lele lokal (Clarias bathracus) dan mudah untuk dibudidayakan. Lele dumbo dihasilkan dari induk lele betina Taiwan Clarias fuscus dan induk lele jantan Afrika Clarias mossambicus.

Pemilihan induk secara selektif untuk mendapatkan bibit unggul sudah lama diterapkan, yang merupakan tahap awal pelaksanaan program pemuliaan ikan dan dikembangkan lagi dalam teknik lanjutan menggunakan prinsip bioteknologi. Program pemilihan induk secara selektif dapat meningkatkan pertumbuhan ikan sebesar 5-20% per generasi pada jenis-jenis ikan mas, nila lele dan salmon.

Teknik hibridisasi antara ikan mas (Cyprinus carpio) betina dan pejantan tawes (Barbonymus goniatus) yang memiliki famili yang sama (Cyprinidae) menunjukkan pertumbuhan benih yang lebih baik dibandingkan ikan asalnya dan mampu tumbuh sebagaimana ikan normal lainnya (Gustiano & Dharma, 1994). Persilangan antara nila (Oreochromis niloticus) jantan dengan mujair (Oreochromis mossambicus) yang memiliki genus sama (Oreochromis) juga menghasilkan hibrida (generasi hasil persilangan) yang memiliki pertumbuhan lebih cepat dibandingkan hibrida ikan nila betina dan mujair jantan serta keturunan aslinya. Sumantadinata & Subardja (1979) melaporkan bahwa pada minggu ke-16, hibrida nila jantan x mujair betina telah mencapai bobot 70 gram; nila mencapai 50 gram; mujair mencapai 32 gram. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan bahwa persentase keturunan jantan hasil hibrida lebih banyak (70%).

Seiring berjalannya waktu, keberadaan teknologi meningkat pesat sehingga rekayasa genetik dalam bidang akuakultur pun mulai berkembang. Kebutuhan pencapaian hasil seleksi atau hibridisasi yang lebih cepat mencetuskan upaya perbaikan mutu genetik secara modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar